Islamic Widget

Thursday, December 9, 2010

Sejarah Awal Muharram......

Assalamualaikum W.B.T


Bersempena Awal Muharram pada tahun ini,saya Al faqir Ilallah Al Qawiyy ingin menyampaikan atau menukilkan sedikit sejarah ataupun perkara-perkara yang telah berlaku dalam bulan yang penuh mulia ini.Sejarah gilang-gemilang yang telah terjadi didalam bulan yang mulia ini memberikan manfaat yang terbesar bagi mereka yang mengaku sebagai Umat Muhammadiah pada zaman ini dan juga kepada mereka yang cinta kepada Ahli Bayt Saiyidina Rasululillah.

Sebagaimana sabda Rasulullah:

"Akan datang pada manusia satu zaman,orang yang sabar berpegang teguh pada agamanya,seperti orang yang menggenggam bara api" (Al Hadith)

Oleh itu,berdasarkan kalam atau hadith yang telah disabdakan oleh baginda kepada umatnya,ia menunjukkan bahawa zaman itu,ahli-ahli agama,para ulama',ustaz-ustazah,para pendakwah dan mereka yang berpegang teguh pada agama serta mereka yang membawa Syiar Islam seolah-olah mereka ini ditindas oleh golongan-golongan yang jauh dari agama islam,mereka yang tidak menunaikan solat,kalangan mereka yang jahil dan dungu mengenai agama Islam.Dengan itu,mereka dengan penuh TAKABBUR dan RIYA' dengan kemewahan dunia bermegah-megah dengan nikmat yang dikurniakan oleh Allah sehingga lupa daripada mana mereka menerimanya.

Firman Allah:

"Jika engkau bersyukur,aku akan tambahkan nikmatku dan jika engkau kufur
sesungguhnya azabku yang pedih untuk mereka yang sedemikian."

Allah Subhanahu Wa Taala telah memberitahu kepada hambanya tentang perkara tersebut.Tetapi pada hari ini,mereka yang Allah kurniakan mereka nikmat yang melimpah-ruah adalah sebenarnya untuk menguji mereka,ada dikalangan yang Allah kurniakan nikmat yang banyak sebenarnya untuk menjauhkan dan menambahkan kesesatan mereka di dunia ini.Mereka yang bersifat sedemikian senantiasa tidak merasa cukup dengan nikmat yang Allah Taala limpahkan kepada mereka tetapi Tuan-tuan dan Saudara-saudara sekalian,mereka yang TAAT kepada perintah Allah senantiasa merasa cukup dengan pemberian dan rezeki yang Allah Taala kurniakan kepada mereka.Inilah perbezaan orang atau golongan yang dinamakan sebagai Syakir Nikmat dan kufur nikmat,maka saudara-saudara sekalian pandai-pandailah antum semua bezakan yang mana baik untuk diamalkan dan yang mana buruk untuk dijauhkan.

Ikhwan dan Ahbab yang saya muliakan,

Sambutan Maal Hijrah atau tahun baru Islam tahun ini,sebenarnya merecyclekan kembali peringatan kita terhadap sejarah Islam.Yang mana,pada zaman dahulu kaum muawiyyah amat menyintai jawatan yang tinggi-tinggi sehingga sanggup membunuh mereka yang tidak taat dan patuh kepada pemerintahan mereka.Itulah sebahagian Muawiyyah yang terlampau gilakan pemerintahan.


Insya Allah pada hari ini ana Al Faqir IlallAh Al Ghani akan menukilkan kisah selepas berlaku pembunuhan Saiyidina Hussien RadhiAllahu anhu di karbala.Tetapi sebelum itu,suka ana disini berkongsi sedikit ilmu kepada Saudara-saudara sekalian makna 'KARBALA',berdasarkan kalam Syeikhuna Muhammad Fuad Al Maliki,'KARBUN' ialah kemurungan atau kesedihan manakala 'BALA' ialah Bala atau Malapetaka....Teruskan membaca kisah ini dan hayatilah....

MUTIARA KATA:

Dan sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia dan jangan kamu ikuti jalan-jalan (lainnya) sebab jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Allah berwasiat kepada kamu mudah-mudahan kamu bertaqwa.” (QS. Al An’am : 153)


SAIDINA HUSSEIN R.A. SYAHID DI KARBALA


Tragedi gugurnya al-Hussein r.a secara mengerikan itu mendorong tokoh-tokoh riwayat dan para penulis sejarah Islam untuk mengadakan penyelidikan. Hasil dari penyelidikan dan pengamatan yang mereka lakukan setelah terjadinya peristiwa itu, mereka tuangkan dalam tulisan-tulisan berupa riwayat menceritakan berbagai akibat setelah terjadinya pemenggalan kepala cucu Rasulullah SAW.
.
Seorang penulis Islam kenamaan, Ibnu Hajar, dalam bukunya berjudul "Ash-Shawa'iqul-Kuhriqah" halaman 116, mengungkapkan bahawasepeninggalan al-Hussein r.a. ternyata tak ada seorang pun yang terlibat dalam pembunuhan itu, yang terhindar dari seksa dunia setimpal dengan perbuatannya. Ada yang mati terbunuh, ada yang buta dan ada pula yang secara tiba-tiba mukanya berubah warna menjadi hitam lebam. Semuanya itu terjadi dalam waktu tak seberapa lama sejak al-Hussein r.a. wafat.
.
Dalam bukunya yang berjudul "Tahdizibut-Tahdzib" Jilid II halaman 335, Ibnu Hajar juga mengetengahkan kisah an-Numairiy yang berasal dari 'Ubaid bin Jinadah. Kisah tersebut mengungkapkan peristiwa yang dialami seorang tua yang pernah melibatkan diri dalam pembunuhan terhadap al-Hussein r.a. Orang tua itu membusungkan dadanya hanya kerana merasa terlibat langsung dalam pembunuhan terhadap al-Husein. Dengan bangga ia mengatakan: "Lihatlah, aku tetap selamat... tak ada bencana apapun yang menimpa diriku!"
.
Tak lama setelah ia mengucapkan perkatan tersebut, lampu minyak berada tidak jauh dari tempat duduknya tiba-tiba memudar. Dikiranya sumbu lampu itu hampir habis. Ia segera bangkit dari tempat duduknya mendekati lampu untuk berusaha memperbaiki sumbunya. Pada saat ia sedang menarik sumbu, api yang semulanya tampak hampir padam tiba-tiba membesar kembali dan membakar jari-jarinya. ia berusaha keras memadamkan api yang menyala di tangannya, tetapi tidak berhasil, bahkan api menjalar ke bagian-bagian tangannya yang berlumuran minyak. Dalam keadaan panik ia mencuba memadamkan api dengan memasukkan tangan ke dalam mulut, tetapi malang... api bukan menjadi padam malah menyambar janggutnya yang telah memutih tetapi masih cukup lebat.
.
Mukanya terbakar dan ia melolong-lolong kesakitan. Akhirnya api membakar pakaian yang sedang dikenakannya sehingga seluruh tubuhnya turut terbakar. Bagaikan sebuah obor besar ia lari kebirit-birit keluar dari rumah menerjunkan diri ke dalam Sungai al-Furat yang tidak seberapa jauh letaknya. Beberapa saat lamanya ia tidak muncul di atas permukaan air. Banyak orang menunggu-nunggu di tepi sungai ingin menyaksikan apa yang sedang terjadi pada diri orang tua itu. Ketika ia muncul di permukaan air, ternyata telah mati dan tubuhnya hangus seperti gumpalan arang! Kebenaran kisah tersebut diperkuat oleh sejarawan Muslim terkenal, at-Thabariy, dalam bukunya yang berjudul "Dzakha'irul-'Uqba" halaman 145.
.
Dalam buku yang sama, Ibnu Hajar juga mengemukakan sebuah riwayat tentang pembunuh al-Hussein r.a. Peristiwanya terjadi ketika si pembunuh itu menyerahkan kepala cucu Rasulullah SAW kepada 'Ubaidillah bin Ziyad, penguasa daerah Kufah. Kerana besar harapan akan memperoleh ganjaran istimewa, si pembunuh itu menyerahkan kepala al-Hussein r.a. sambil bersyair: "Akan kupenuhi kantongku dengan emas dan perak. Sebagai ganjaran membunuh raja tanpa mahkota. Seorang yang pernah sembahyang pada dua kiblat. Berasal dari keturunan manusia termulia. Akulah pembunuh orang terbaik, ayah bondanya..."
.
Akan tetapi ketika Ibnu Ziyad mendengar bait terakhir dari syair itu, dengan marah ia menukas: "Kalau engkau mengetahui kemuliaannya itu, mengapa ia kau bunuh? Tidak, demi Allah, engkau tidak akan mendapat ganjaran baik dari aku. Malah engkau kuikut-sertakan bersama dia!" Habis mengucap kalimat-kalimat tersebut, Ibnu Ziyad langsung memerintahkan salah seorang pengawal untuk membunuh orang yang baru saja mendendangkan syair dengan harapan akan menerima ganjaran besar.
.
Ada baiknya juga jika kami kemukakan juga riwayat lain lagi, yang ditulis oleh Ibnu Hajar dalam buku yang sama halaman 119. Peristiwanya terjadi ketika 'Umar bin Sa'ad bersama pasukannya membawa kepala al-Hussein r.a., Ibnu Hajar menulis sebagai berikut: "Setiap berhenti di suatu tempat untuk beristirehat, para pengawal kepala al-Husein r.a. selalu menancapkan kepala itu pada hujung tombak. Seorang pendeta Nasrani yang bertempat tinggal di sebuah biara yang dilewati rombongan, terkejut melihat sebuah kepala manusia tertancap pada hujung tombak, ia lalu bertanya ingin mengetahui siapakah orang yang dipenggal kepalanya itu. Ketika mendapat jawapan bahawa kepala itu adalah kepala al -Hussein r.a. putera Siti Fatimah binti Rasulullah SAW, dengan marah ia menyahut: "Alangkah buruk perbuatan kalian!" Saat itu juga ia minta agar kepala al-Hussein r.a. boleh disemayamkan semalam di dalam biaranya. "Untuk itu aku sedia membayar 10,000 dinar!", katanya lebih lanjut. Tentu saja permintaan pendeta itu diterima baik oleh Sa'ad dan rombongannya.
.
Kepala al-Hussein r.a. segera dibawa masuk oleh pendeta itu ke dalam biara, kemudian dicuci bersih-bersih dan diberi wewangian secukupnya. Semalam suntuk kepala itu dipangkunya sambil menangis hingga pagi hari. Keesokan harinya pendeta itu langsung menyatakan diri masuk Islam, kerana pada malam harinya ia menyaksikan cahaya terang memancar ke langit dari kepala al-Hussein r.a. Setelah memeluk Islam, ia meninggalkan biaranya dan hingga akhir hidupnya ia merelakan diri bekerja sebagai pembantu Ahlul-Bait...

Demikianlah menurut Ibnu Hajar. Dengan sekelumit riwayat yang kami kutip dari penulis Islam terkenal itu, terbuktilah bahawa tindakan pembunuhan sewenang-wenang terhadap cucu Rasulullah SAW mendorong semangat para penulis sejarah untuk mengungkapkan lebih jauh peristiwa yang menyedihkan itu.
.
(Petikan: 'Al Husain bin Ali r.a.: Pahlawan Besar dan Kehidupan Islam pada Zamannya' oleh H.M.H. Al Hamid Al Husaini, hlm 373.)